Nama: Yurisa Dewi
NPM : 18210796
3EA13
Kasus:
Banjir
Melanda Ibukota
Sebagai kota yang berada di daratan
rendah, Jakarta tidak terlepas dari ancaman banjir yang sewaktu-waktu dapat
menyerang. Menurut catatan sejarah Ibukota Jakarta telah dilanda banjir sejak
tahun 1621. Salah satu bencana banjir terparah yang pernah terjadi di Batavia
adalah banjir yang terjadi di bulan Februari 1918. Saat itu hampir sebagian
besar wilayah Batavia terendam air. Daerah yang terparah saat itu adalah gunung
Sahari, Kampung Tambora, Suteng, Kampung Klenteng akibat bendungan kali Grogol
jebol.
Hingga kini banjir pun belum berhenti
meyerang Jakarta. Apalagi ketika musim penghujan telah tiba. Oleh karena banjir
yang terus menerus melanda sebagian wilayah di Jakarta kini kota Jakarta telah
terkenal dengan Kota Banjir. Walau demikian warga Jakarta tidak berhenti
mencoba menanggulangi banjir di Ibukota tercinta ini.
Sehubungan dengan cara untuk mencoba
menanggulangi banjir tersebut, maka berbagai maslah penyebab banjir pun mulai
muncul dari masalah sampah, curah hujan yang tinggi, peluapan air yang
berlebihan, pecahnya bendungan sungai, serapan air yang buruk, hingga pemukiman
liar dan pemukiman padat penduduk. Dan warga yang terkena banjir selalu
mengambil strategi sendiri untuk menanggulangi banjir ketika banjir datang ke
rumah mereka.
Dengan begitu banyak masalah yang dapat
mengakibatkan banjir. Maka objek yang akan di ambil penulis adalah daerah
Kebagusan wilayah Pasar Minggu Jakarta Selatan. Daerah tersebut merupakan daerah
yang rawan banjir ketika musim penghujan telah datang.
Dari kasus diatas kita
bisa mengkaitkan dalam penjabaran metode ilmiah.
Sebelumnya kita membahas sedikit apa itu
Metode Ilmiah.
Metode
ilmiah merupakan suatu pengajaran terhadap kebenaran yang
diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah
untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode
ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan
pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah
mempunyai hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama.
Metode
Ilmiah memiliki ciri-ciri keilmuan, yaitu :
Rasional:
sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran manusia
Empiris:
menggunakan cara-cara tertentu yang dapat diamati dengan menggunakan panca
indera
Sistematis: menggunakan proses dengan
langkah-langkah logis.
Syarat-syarat
Metode Ilmiah, diantaranya :
Obyektif,
artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya atau didukung metodik fakta
empiris.
Metodik,
artinya pengetahuan ilmiah diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang
teratur dan terkontrol.
Sistematik,
artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri
sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan.
Universal,
artinya pengetahuan tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau
beberapa orang saja tetapi semua orang melalui eksperimentasi yang sama akan
memperoleh hasil yang sama.
Sifat
Metode Ilmiah :
Efisien dalam penggunaan sumber daya (tenaga, biaya,
waktu).
Terbuka (dapat dipakai oleh siapa saja).
Teruji (prosedurnya logis dalam memperoleh
keputusan).
Pola
pikir dalam metode ilmiah :
Induktif:
Pengambilan kesimpulan dari kasus yang bersifat khusus menjadi kesimpulan yang
bersifat umum. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup terbatas dalam menyusun
argumentasi dan terkait dengan empirisme.
Deduktif:
Pengambilan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat
khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir
silogismus dan terkait dengan rasionalisme.
Langkah
– langkah Metode Penelitian, diantaranya :
a.
Perumusan masalah
Proses kegiatan ilmiah dimulai ketika kita tertarik
pada sesuatu hal. Ketertarikan ini karena manusia memiliki sifat perhatian.
Pada saat kita tertarik pada sesuatu, sering timbul pertanyaan dalam pikiran
kita. Perumusan masalah merupakan langkah untuk mengetahui masalah yang akan
dipecahkan sehingga masalah tersebut menjadi jelas batasan, kedudukan, dan
alternatif cara untuk memecahkan masalah tersebut. Perumusan masalah juga
berarti pertanyaan mengenai suatu objek serta dapat diketahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan objek tersebut. Masalah yang ditemukan diformulasikan
dalam sebuah rumusan masalah, dan umumnya rumusan masalah disusun dalam bentuk
pertanyaan.
b.
Pembuatan kerangka berfikir
Pembuatan kerangka berfikir merupakan argumentasi
yang menjelaskan hubungan antar berbagai faktor yang berkaitan dengan objek dan
dapat menjawab permasalahan. Pembuatan kerangka berfikir menggunakan pola
berfikir logis, analitis, dan sintesis atas keterangan-keterangan yang
diperoleh dari berbagai sumber informasi. Hal itu diperoleh dari wawancara
dengan pakar atau dengan pengamatan langsung.
c.
Penarikan hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara
terhadap suatu permasalahan. Penyusunan hipotesis dapat berdasarkan hasil
penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Dalam penelitian,
setiap orang berhak menyusun hipotesis. Masalah yang dirumuskan harus relevan
dengan hipotesis yang diajukan. Hipotesis digali dari penelusuran referensi
teoretis dan mengkaji hasil-hasil penelitian sebelumnya.
d.
Pengujian Hipotesis/eksperiment
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara
menganalisis data. Data dapat diperoleh dengan berbagai cara, salah satunya
melalui percobaan atau eksperimen. Percobaan yang dilakukan akan menghasilkan
data berupa angka untuk memudahkan dalam penarikan kesimpulan. Pengujian
hipotesis juga berarti mengumpulkan bukti-bukti yang relevan dengan hipotesis
yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat bukti-bukti yang mendukung
hipotesis.
e.
Penarikan Kesimpulan
Penarikan
kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu
ditolak atau diterima. Hipotesis yang diterima dianggap sebagai bagian dari
pengetahuan ilmiah, sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan. Syarat keilmuan
yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah
sebelumnya serta telah teruji kebenarannya. Melalui kesimpulan maka akan
terjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan dapat dibuktikan
kebenarannya.
Dari
Kasus yang diatas kita bisa mengkaitkannya dengan penjabaran Metode Ilmiah, seperti:
Perumusan
Masalah
Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalahnya
adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan banjir,
dan apa dampak yang di timbulkannya ?
2. Mengapa banjir dapat menggenangi
ibukota ?
3. Siapa yang bertanggung jawab
atas banjir yang terjadi di ibukota ?
4. Bagaimana cara mengatasi banjir
di ibukota?
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui
tentang banjir dan dampak yang ditimbulkannya
2. Mengetahui
penyebab banjir yang terjadi di ibukota
3. Mengetahui
siapa saja yang bertanggung jawab atas terjadinya banjir tersebut
4. Mengetahui
cara mengatasi banjir di ibukota
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
analisa dan pembahasan kesluruhan, khususnya pada daerah Jakarta Selatan maka
kesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Daerah Jakarta Selatan ini terjadi banjir disebabkan oleh pemukiman padat penduduk, saluran air yang diperkecil, alih fungsi lahan, tidak ada resapan air, dan pembuangan sampah yang liar.
2. Karena daerah ini sering di datangi banjir, maka warga yang menjadi korban banjir yang selalu terkena dampak nya, seperti :
1. Daerah Jakarta Selatan ini terjadi banjir disebabkan oleh pemukiman padat penduduk, saluran air yang diperkecil, alih fungsi lahan, tidak ada resapan air, dan pembuangan sampah yang liar.
2. Karena daerah ini sering di datangi banjir, maka warga yang menjadi korban banjir yang selalu terkena dampak nya, seperti :
a. Ancaman wabah
penyakit
b. Aktivitas masyarak
terganggu
c. Ancaman penyakit
diare
d. Penyakit yang
disebabkan oleh nyamuk
3. Cara mengatasi banjir di daerah Jakarta selatan adalah
a. Membuat daerah
resapan air yang lebih luas lagi, dan jangan memperkecil saluran air yang sudah
ada.
b. Mengkaji ulang tata kota daerah Kebagusan, untuk mengetahui titik-titik daerah banjir.
c. Membuat tanggul baik yang permanent atau non permanent dirumah masing-masing yang selalu terkena banjir.
d. Dan di himbaukan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah pada tempatnya.
e. Jangan mendirikan bangunan di lahan yang memang rawan banjir.
b. Mengkaji ulang tata kota daerah Kebagusan, untuk mengetahui titik-titik daerah banjir.
c. Membuat tanggul baik yang permanent atau non permanent dirumah masing-masing yang selalu terkena banjir.
d. Dan di himbaukan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah pada tempatnya.
e. Jangan mendirikan bangunan di lahan yang memang rawan banjir.
Saran
Berdasarkan kesimpulan
diatas, maka penulis mencoba memberikan masukan yang mungkin dapat berguna bagi
penanganan banjir di Daerah Jakarta Selatan.
Sebaiknya seluruh warga
membuat musyawarah dalam penanganganan maslah banjir seperti tindakan
kesiapsiagaan warga terhadap banjir datang, tindakan yang seharusnya dilakukan
di setipa rumah dalam mengatasi banjir datang, penyuluhan tentang kegiatan yang
dapat mengurangi resiko banjir, tindakan saat terjadi banjir dan setelah banjir
kepada seluruh warga Kebagusan Jakarta Selatan.
Sumber: